Bernuansa Adat Tradisonal Rumah Di Jakarta Timur Dibandrol Mahal
Sempat beberapa waktu lalu saya mengantar seorang rekan untuk mencari rumah di Jakarta Timur, dia ini seseorang yang bisa dibilang sangat menyukai budaya suatu adat tempo dulu dan sudah pasti dong selera rumah yang ia inginkan harus bernuansa rumah adat yang kental, entah bangunan sepeti rumah tradisional khas jawa, khas sunda, khas padang sampai gaya khas tradisional rumah ala negeri matahari terbit jepang, pokonya rekan saya ini suka sekali dengan paduan unik yang liar dalam sebuah desain rumah.
Akhirnya kami berdua sampai dikawasan Kebon Nanas, niat kami untuk rehat sejenak disebuah resto bernuansa jawa pinggir jalan ternyata membuahkan hasil, Si Mas pemilik resto tersebut kebetulan ingin menjual rumah yang dulu beliau tempati bersama keluarga ketika pertama kali menginjakan kaki di ibu kota Jakarta karena Si Mas ini sekarang sudah punya apartement jadi beliau putuskan untuk menjualnya saja. Yaa akhirnya kami memutuskan untuk melihat lihat rumah yang beliau maksud ternyata tidak jauh dari akses jalan utama, ketika sampai dan memasuki bangunan rumah tersebut saya refleks berkata woow, bagaimana tidak ukuran khas jepara kelas expert sudah menyambut kami dari awal kusen pintu masuk, lebih kedalam lagi mata kami dimanjakan oleh interior paduan batu bata kuning, semen yang dibiarkan berwarna alami seperti aslinya tanpa cat, dan kayu jati yang sudah dipelitur mengkilap menjadi tontonan yang “gurih” sampai rekan saya cengengesan langsung jatuh cinta pada interior dan eksterior khas tradisional jawa seakan memancar energi rumah yang hangat dan akrab, jauh dari gemerlap dinding keramik atau marmer yang mahal tapi tetap terlihat elegant terukir hebat pada kayu kayu jati kokoh. Memang hanya ada 2 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, sebidang mini taman berpohon manga dan garasi, agak membuat kami berdua “nganga” harganya fantastis diatas 5 M harga pastinya sengaja tidak saya sebutkan takut kaget. Tapi setelah dipikir pikir yang membuat mahal disini adalah ukiran kayu jati khas jeparanya itu lho.
Akhirnya kami berdua sampai dikawasan Kebon Nanas, niat kami untuk rehat sejenak disebuah resto bernuansa jawa pinggir jalan ternyata membuahkan hasil, Si Mas pemilik resto tersebut kebetulan ingin menjual rumah yang dulu beliau tempati bersama keluarga ketika pertama kali menginjakan kaki di ibu kota Jakarta karena Si Mas ini sekarang sudah punya apartement jadi beliau putuskan untuk menjualnya saja. Yaa akhirnya kami memutuskan untuk melihat lihat rumah yang beliau maksud ternyata tidak jauh dari akses jalan utama, ketika sampai dan memasuki bangunan rumah tersebut saya refleks berkata woow, bagaimana tidak ukuran khas jepara kelas expert sudah menyambut kami dari awal kusen pintu masuk, lebih kedalam lagi mata kami dimanjakan oleh interior paduan batu bata kuning, semen yang dibiarkan berwarna alami seperti aslinya tanpa cat, dan kayu jati yang sudah dipelitur mengkilap menjadi tontonan yang “gurih” sampai rekan saya cengengesan langsung jatuh cinta pada interior dan eksterior khas tradisional jawa seakan memancar energi rumah yang hangat dan akrab, jauh dari gemerlap dinding keramik atau marmer yang mahal tapi tetap terlihat elegant terukir hebat pada kayu kayu jati kokoh. Memang hanya ada 2 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, sebidang mini taman berpohon manga dan garasi, agak membuat kami berdua “nganga” harganya fantastis diatas 5 M harga pastinya sengaja tidak saya sebutkan takut kaget. Tapi setelah dipikir pikir yang membuat mahal disini adalah ukiran kayu jati khas jeparanya itu lho.